Get snow effect

Sabtu, 03 Maret 2012

Melihat Kepada Orang nan Lebih Rendah Kedudukannya Dalam Hal Materi Dan Penghidupan Alaihi Wa Sallam


 
Wasiat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Kepada Abu Dzar Al-Ghifari
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ قَالَ: أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي بِسَبْعٍ: بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ، وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ، وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٍ، وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا.
Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu , ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu 'alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dgn 7 hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin & dekat dgn mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang nan berada di bawahku & tak melihat kepada orang nan berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya & upaya kecuali dgn pertolongan Allah), (5) aku diperintah utk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tak takut celaan orang nan mencela dlm berdakwah kepada Allah, & (7) beliau melarang aku agar tak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia”.
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh imam-imam ahlul-hadits, di antaranya:
1. Imam Ahmad dlm Musnadnya (V/159).
2. Imam ath-Thabrani dlm al-Mu'jamul-Kabîr (II/156, no. 1649), & lafazh hadits ini miliknya.
3. Imam Ibnu Hibban dlm Shahîh-nya (no. 2041-al-Mawârid).
4. Imam Abu Nu'aim dlm Hilyatu- Auliyâ` (I/214, no. 521).
5. Imam al-Baihaqi dlm as-Sunanul-Kubra (X/91).
Dishahîhkan oleh Syaikh al-‘Allamah al-Imam al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albâni rahimahullah dlm Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 2166).
FIQIH HADITS (2): MELIHAT KEPADA ORANG nan LEBIH RENDAH KEDUDUKANNYA DALAM HAL MATERI DAN PENGHIDUPAN
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kita ini agar melihat orang nan berada di bawah kita ini dlm masalah kehidupan dunia & mata pencaharian. Tujuan dari hal itu, agar kita ini tetap mensyukuri nikmat nan telah Allah berikan kepada kita. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:
اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.
“Lihatlah kepada orang nan berada di bawahmu & jangan melihat orang nan berada di atasmu, karena nan demikian lebih patut, agar kalian tak meremehkan nikmat Allah nan telah diberikan kepadamu” (*1).
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang seorang Muslim melihat kepada orang nan di atas. Maksudnya, jangan melihat kepada orang kaya, banyak harta, kedudukan, jabatan, gaji nan tinggi, kendaraan nan mewah, rumah mewah, & lainnya. Dalam kehidupan dunia terkadang kita ini melihat kepada orang-orang nan berada di atas kita. Hal ini merupakan kesalahan nan fatal. Dalam masalah tempat tinggal, misalnya, terkadang seseorang hidup bersama keluarganya dgn “mengontrak rumah”, maka dgn keadaannya ini hendaklah ia bersyukur karena masih ada orang-orang nan tak memiliki tempat tinggal & tidur beratapkan langit. Begitu pun dlm masalah penghasilan, terkadang seseorang hanya mendapat nafkah nan hanya cukup utk makan hari nan sedang dijalaninya saja, maka dlm keadaan ini pun ia harus tetap bersyukur karena masih ada orang-orang nan tak memiliki penghasilan & ada orang nan hanya hidup dari menggantungkan harapannya kepada orang lain.
Sedangkan dlm masalah agama, ketaatan, pendekatan diri kepada Allah, meraih pahala & surga, maka sudah seharusnya kita ini melihat kepada orang nan berada di atas kita, yaitu para nabi, orang-orang nan jujur, para syuhada, & orang-orang nan shalih. Apabila para salafush-shalih sangat bersemangat dlm melakukan shalat, puasa, shadaqah, membaca Al-Qur`ân, & perbuatan baik lainnya, maka kita ini pun harus berusaha melakukannya seperti mereka. Dan inilah nan dinamakan berlomba-lomba dlm kebaikan.
Dalam masalah berlomba-lomba meraih kebaikan ini, Allah Tabarâka wa Ta'ala berfirman:
“Dan utk nan demikian itu, hendaknya orang berlomba-lomba”. [al-Muthaffifîn/83:26].
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kita ini melihat kepada orang nan berada di bawah kita ini dlm masalah dunia, agar kita ini menjadi orang-orang nan bersyukur & qana'ah. Yaitu merasa cukup dgn apa nan Allah telah karuniakan kepada kita, tak hasad & tak iri kepada manusia.
Apabila seorang muslim hanya mendapatkan makanan utk hari nan sedang ia jalani sebagai kenikmatan nan paling besar baginya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menyinggung hal ini dlm sabdanya:
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِيْ سِرْبِهِ، مُعَافًى فِيْ جَسَدِهِ، وَعِنْدَهُ قُوْتُ يَوْمِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيْزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيْرِهَا.
“Siapa saja di antara kalian nan merasa aman di tempat tinggalnya, diberikan kesehatan pada badannya, & ia memiliki makanan utk harinya itu, maka seolah-olah ia telah memiliki dunia seluruhnya”. (*2)
Abu Dzar Radhiyallahu 'anh adalah teladan kita ini dlm hal ini. Beliau mencari makan utk hari nan sedang dijalaninya, sedangkan utk esok harinya beliau mencarinya lagi. Beliau melakukan nan demikian itu terus-menerus dlm kehidupannya. Mudah-mudahan Allah meridhai beliau.
PENUTUP
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat utk penulis & para pembaca, & wasiat Rasulullah ini dapat kita ini laksanakan dgn ikhlas karena Allah Ta'ala. Mudah-mudahan shalawat & salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, juga kepada kelurga & para sahabat beliau.
Akhir seruan kami, segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi Ramadhan (06-07)/Tahun XI/1428H/2007M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
Referensi
(*1). Hadits shahîh. Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6490), Muslim (no. 2963), at-Tirmidzi (no. 2513), & Ibnu Majah (no. 4142), dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.
(*2). Hadits hasan. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 2346), Ibnu Majah (no. 4141), & al-Bukhari dlm al-Adabul-Mufrad (no. 300), & selainnya. Dari ‘Ubaidullah bin Mihshan Radhiyallahu 'anhu. Lihat Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 2318).
Marâji':
1. Al-Qur`ânul-Karim & terjemahannya, terbitan Departemen Agama.
2. al-Adabul-Mufrad.
3. Al-Mu'jamul-Kabîr.
4. An-Nihâyah fî Gharîbil-Hadîts.
5. As-Sunanul-Kubra.
6. As-Sunnah libni Abi ‘Ashim.
7. Al-Washâya al-Mimbariyyah, karya ‘Abdul-‘Azhim bin Badawi al-Khalafi.
8. Hilyatul Auliyâ`.
9. Irwâ`ul Ghalîl fî Takhriji Ahâdîtsi Manâris Sabîl.
10. Lisânul-‘Arab.
11. Mawâridizh Zhamm`ân.
12. Mufrâdât Alfâzhil-Qur`ân.
13. Musnad ‘Abd bin Humaid.
14. Musnad al-Humaidi.
15. Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhaini. Karya Imam al-Hakim an-Naisaburi.
16. Musnad Imam Ahmad.
17. Qathî`atur Rahim; al-Mazhâhir al-Asbâb Subulul ‘Ilâj, oleh Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd.
18. Shahîh al-Bukhari.
19. Shahîh Ibni Hibban.
20. Shahîh Ibni Khuzaimah.
21. Shahîh Muslim.
22. Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah.
23. Sunan Abu Dawud.
24. Sunan an-Nasâ`i.
25. Sunan at-Tirmidzi.
26. Sunan Ibni Majah.
27. Syarah Shahîh Muslim.
28. Syarhus Sunnah lil Imam al-Baghawi.
29. Tafsîr Ibni Jarir ath-Thabari, Cet. Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut.
30. Tafsîr Ibni Katsir, Cet. Darus-Salam, Riyadh.
sumber: www.almanhaj.or.id penulis Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas tags: Alaihi Wa Sallam, Wasiat Rasulullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar